Untuk mengantisipasi peredaran narkoba, dikatakan Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) Irjen Deddy Fauzi Elhakim, pihaknya selalu mengawasi legal maupun ilegal entry point (pintu masuk) di sejumlah wilayah perbatasan. Selain itu, Deddy mengaku juga telah rutin melakukan razia di tempat-tempat yang rawan peredaran narkoba.
"Untuk razia itu kewenangan tiap wilayah seperti BNN provinsi, polres, maupun polda setempat. Sedangkan kita fokus bagaimana peredaran dan penyelundupan dari luar negeri. Jadi kita awasi wilayah edar sebelum terminal akhir seperti diskotek maupun rumah ke rumah," urainya.
"Mendekati akhir tahun pasti jumlah peredaran narkoba meningkat. Apalagi Jakarta, pasti akan diserang penyelundupan narkotika jenis sabu atau 38 NPS (New Psychoactive Substance) baru dari berbagai wilayah," ujar Deddy, Jumat (4/12). Perayaan akhir tahun menjadi target para bandar untuk mengedarkan narkoba, karena itu menjelang akhir tahun peredaran narkoba disejumlah kota besar di Indonesia dinilai meningkat.
Lanjutnya, barang haram tersebut saat ini semakin mudah masuk ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Sebab, menurutnya, produsen sabu kini tak lagi hanya di Guangzhou, Tiongkok tapi juga sudah menyebar dan mendekati sasaran. "Salah satunya di Malaysia. Di sana sudah ada beberapa kitchen lab, di Filipina juga ada, jadi semakin dekat dengan sasaran peredaran," jelasnya.
Sepanjang tahun 2015 ini saja, lanjutnya, BNN telah berhasil mengungkap 2,8 ton narkoba berbagai jenis. Dari penilaian United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), selama 10 tahun terakhir Indonesia menduduki peringkat satu dalam pengungkapan sabu, disusul Polri di peringkat dua, kemudian Thailand, dan Myanmar. "Kebanggaan kita penilaian UNODC karena Indonesia peringkat satu dalam pengungkapan
sabu. Ini tentu saja juga menunjukkan, Indonesia masih menjadi pasar yang menjanjikan bagi para bandar," pungkasnya. (beritasatu)